Wednesday, November 7, 2012

Data Center Terpadu Lebih Hemat Dibanding Beli Satu-satu

 http://images.detik.com/content/2012/11/07/319/server.jpg
Jakarta - Dalam sebuah perusahaan, apapun bentuknya baik yang masih level mid range maupun kelas enterprise mutlak membutuhkan sistem informasi yang handal.

Sayangnya untuk mendapatkan sistem handal, biaya yang dibutuhkan pun tidak sedikit. Selain itu, waktu yang diperlukan dalam pengembangannya mulai perencanaan hingga live pun memakan waktu yang tak sebentar, bahkan bisa sampai berbulan-bulan.

Hambatan lain yang juga akan dirasakan adalah saat membutuhkan dukungan teknis terkait kesulitan yang dihadapi bila terjadi masalah terhadap salah satu bagian dalam infrastruktur yang digunakan.

Sebab biasanya, data center menggunakan perangkat dari produsen yang berbeda-beda. Jadi kemungkinan incompatible antar perangkat bisa saja terjadi, sehingga akan mempengaruhi waktu pengembangan sistem yang telah direncanakan menjadi lebih lama.

Sebenarnya solusi infrastruktur terpadu telah tersedia di pasaran, namun pada saat perusahaan atau penyedia layanan seperti misalnya layanan cloud berusaha memenuhi kebutuhan aplikasi mission-critical, generasi pertama dari solusi terpadu ini tidak mampu menjawab kebutuhan pelanggan.

Hingga kini, perusahaan yang mencari solusi infrastruktur terpadu terpaksa menggunakan sistem komoditas yang kurang handal dan kurang responsif, serta memiliki keterbatasan dari sisi skalabilitas dan performa. Atau mereka menggunakan solusi terintegrasi namun tanpa manajemen infrastruktur terpadu.

Namun saat ini sebenarnya juga sudah mulai bermunculan produsen yang menawarkan solusi infrastruktur terpadu yang juga telah dioptimalisasi untuk virtualisasi seperti halnya yang ditawarkan Hitachi Data Systems (HDS).

Melalui dua produk terbarunya, HDS berusaha menawarkan solusi infrastruktur terpadu yang diklaim handal dan lebih fleksibel mengikuti kebutuhan pelanggan.

Menggunakan sebutan Hitachi Unified Compute Platform Pro, solusi infrastruktur terpadu besutan HDS ini telah dibekali sebuah server berprosesor Intel dan storage buatan HDS sendiri, ditambah dengan perangkat jaringan yang telah mengikuti standar industri.

Selain itu, produk ini juga telah tersemat fitur perangkat lunak Hitachi Unified Compute Platform Director yang berguna untuk manajemen dan orkestrasi VMware vCenterTM Server secara terintegrasi.

Sedangkan pada solusi Hitachi Unified Compute Platform Select, HDS telah menggunakan server Cisco Unified Computing Sytem (Cisco UCS). Menariknya, server besutan Cisco yang disematkan telah memiliki teknologi Symethrical Multiprocessing Unit yang memungkinkan ekspansi terhadap kemampuan processingnya.

Hubert Yoshida, selaku Vice President & CTO Hitachi Data Systems menambahkan bahwa server yang digunakan pada Hitachi Unified Compute Platform memiliki dua slot PCIe yang dapat digunakan untuk Fusion I/O card.

"Fusion I/O card berfungsi sebagai memori database yang berfungsi untuk menghitung kalkulasi matematika dengan sangat cepat hingga 1-2 detik saja," tambahnya di media conference peluncuran Hitachi Unified Compute Platform di Four Season Hotel, Jakarta, Rabu (7/11/2012).

Obama Menang, Program Asteroid NASA Aman

 http://media.viva.co.id/thumbs2/2012/11/07/178864_presiden-barack-obama-rayakan-kemenangan-pemilu-as_663_382.jpg

Kemenangan Obama berarti, program NASA yang telah ada saat ini bisa terus berlanjut. Salah satunya, mengirimkan astronot ke asteroid pada 2025. Untuk menyelidiki lebih dekat batu angkasa yang berpotensi membawa petaka bagi bumi.

Sebaliknya, jika Romney unggul, kemungkinan program badan luar angkasa tersebut mengalami perubahan, sebab kandidat dari Partai Republik itu dalam kampanyenya berjanji untuk menilik kembali program NASA di masa depan.

Berikut ini beberapa sekilas misi dan ambisi yang lebih besar NASA yang harus dilanjutkan setidaknya dalam jangka empat tahun mendatang:

Asteroid dan Mars
Pada 2010, Presiden Obama memerintahkan NASA untuk mengirimkan astronot ke asteroid dekat bumi pada 2025, lalu menyusul mengirimkan manusia ke Mars pada pertengahan 2030.

Untuk mencapai tujuan itu, NASA sedang mengembangkan roket besar yang disebut Space Launch System dan sebuah kapsul awak yang disebut Orion. NASA berharap kombinasi SLS-Orion akan mulai meluncurkan astronot pada tahun 2021-an.

Pemerintahan Obama juga telah mendorong NASA untuk menyerahkan kegiatan awak dan kargo di orbit rendah bumi kepada perusahaan-perusahaan swasta Amerika. Tujuannya, untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan  program pesawat ulang-alik yang dihentikan pada 2011.

Untuk menjalanka misi tersebut, NASA telah memberikan total sebesar US$ 1,4 miliar dalam dua tahun terakhir kepada perusahaan yang mengembangkan kendaraan berawak ke luar angkasa.

NASA ingin setidaknya ada dua pesawat ruang angkasa komersial yang mulai beroperasi pada pada 2017. Sebelum itu tercapai, Amerika Serikat akan tetap tergantung pada pesawat ruang angkasa Rusia, Soyuz untuk mengangkut astronot dari dan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Untuk program kargo, kemajuannya lebih cepat. Perusahaan SpaceX telah menyelesaikan penerbangan pertama dari 12 yang disepakati dalam kontrak dengan NASA.

Kesepakatan kargo NASA dengan SpaceX bernilai US$1,6 miliar. NASA juga telah menandatangani kontrak pasokan kembali senilai US$1,9 miliar dengan perusahaan Orbital Sciences asal Virginia. Untuk melaksanakan delapan penerbangan tanpa awak dengan roket Antares dan pesawat ruang angkasa Cygnus.

Eksplorasi Bulan
Sebelum Presiden Obama menjalankan masa jabatan pertamanya, NASA telah menjalankan program Constellation dalam rangka misi jangka panjang ke Bulan, yang direncanakan dilakukan pada 2020. Obama kemudian
membatalkan program tersebut, salah satunya dengan alasan anggaran.

Namun, pejabat NASA menegaskan komitmennya untuk melakukan misi ke Bukab dengan SLS dan Orion,

"Kami baru-baru ini menyampaikan laporan komprehensif kepada Kongres, menguraikan tujuan kami, SLS akan pergi jauh melampaui orbit rendah Bumi untuk mengeksplorasi ruang angkasa luas sekitar sistem Bumi-Bulan, ruang dekat asteroid bumi, Bulan, dan akhirnya, Mars," kata Deputi Kepala NASA, Lori Garver pada sebuah konferensi di bulan September.

"Saya tegaskan sekali lagi, kita akan kembali ke bulan, mencoba misi pertama mengirim manusia ke asteroid, dan secara aktif mengembangkan rencana untuk mengirim orang Amerika pertama ke Mars," tambah Garver. (umi)

Indosat: Android dan iPhone Boros, BlackBerry Hemat



Perusahaan operator seluler Indosat menyatakan pelanggan datanya  yang menggunakan ponsel pintar Android dan iPhone memakan lebih banyak kuota data dibandingkan pelanggan BlackBerry.

Menurut Sharif Mahfoedz, Division Head Mobile Data Segment Indosat, pengguna Android bisa menghabiskan data 700MB sampai 800MB per bulan, dan iOS sebesar 750MB sampai 775MB per bulan. Sedangkan pelanggan BlackBerry menghabiskan 400MB per bulan.

Perbedaan penggunaan data BlackBerry dengan pengguna Android dan iOS hampir dua kali lipat.

"Penggunaan data per bulan ini biasanya digunakan untuk unduh aplikasi dan streaming video. Kalau pengguna BlackBerry kebanyakan memakai layanan BBM (BlackBerry Messenger-red)," kata Sharif di kantor pusat Indosat, Jakarta, Selasa (6/11/2012).

Ia mengatakan, pelanggan BlackBerry masih yang terbanyak, tapi kenaikan penggunaan datanya tidak signifikan. Sementara pengguna Android dan iOS, terus berkembang dan penggunaan layanan datanya juga tumbuh cepat.

Pada kuartal 3 tahun 2012, pelanggan data Indosat ada 20% atau sekitar 11,1 juta dari total pelanggan Indosat sebesar 55,5 juta.

Untuk meningkatkan layanan data, Indosat telah mendapat izin dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, pada 31 Agustus 2012, untuk menggelar jaringan 3G di spektrum frekuensi 900MHz. Layanan ini telah dikomesialisasikan di wilayah wilayah Padang dan Bukit Tinggi, Sumatera Barat.

Sharif mengatakan, layanan 3G di frekuensi 900MHz akan diperluas ke kota-kota besar. Namun, ia tak menyebut kota mana saja yang ditargetkan dan kapan hal itu bakal direalisasikan.

Apple Minta Maaf ke Samsung Tanpa Kata "Maaf"


Pengadilan Tinggi Inggris menolak gugatan Apple yang menuding tablet Samsung Galaxy Tab mencontek desain dan teknologi iPad. Apple diminta memuat iklan permintaan maaf terbuka di situs resmi dan beberapa koran terpilih di Inggris. Namun, Apple tampak setengah hati melakukannya.

Setelah memuat permintaan maaf di situs web resmi, Apple memuat iklan permintaan maaf di koran The Guardian, Jumat (2/11/2012).

"Pada 9 Juli 2012, Pengadilan Tinggi Inggris dan Wales memutuskan bahwa komputer tablet Samsung Electronics Inggris Limited, yaitu Galaxy Tab 10.1, Tab 8.9, dan Tab 7.7, tidak melanggar desain terdaftar Apple," tulis Apple dalam iklan tersebut.

Iklan ini dimuat dalam ukuran kecil di halaman 5 The Guardian. Apple tampaknya enggan memasukkan kata "maaf" kepada Samsung dalam iklan tersebut.

"Keputusan ini memiliki efek terhadap seluruh Uni Eropa dan dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Inggris dan Wales pada 18 Oktober 2012," demikian lanjutan isi iklan tersebut.

Sebelumnya, dalam situs web resmi pada akhir Oktober lalu, Apple membuat penyataan terbuka bahwa tablet Samsung Galaxy Tab tidak meniru desain terdaftar Apple. Namun, pihak Apple menambahkan opini yang membela diri yang terkesan memojokkan Samsung, dengan memasukkan keputusan Dewan Juri di Pengadilan Federal San Jose, California, Amerika Serikat, pada Agustus 2012.

Di AS, Dewan Juri menilai Samsung melanggar 6 dari 7 paten smartphone Apple. Samsung juga diminta membayar denda 1,051 miliar dollar AS (sekitar Rp 9 triliun). Namun, Dewan Juri tidak menyatakan bahwa tablet Galaxy Tab melanggar paten Apple.

Kepada pengadilan Inggris, pihak Samsung melaporkan opini yang dibuat Apple dalam permintaan maaf tersebut. Apple tidak sepatutnya memasukkan keputusan Dewan Juri AS dalam permintaan maaf terbuka yang dimuat di Inggris. Pengadilan Inggris menyetujui permintaan Samsung, dan meminta Apple merevisi konten permintaan maaf.

Bos Megaupload Siap "Tarik Kabel" Lintas Samudera


Pendiri Megaupload Kim Dotcom menantang Pemimpin Pacific Fibre Sam Morgan dan Direktur Rod Drury untuk membuka kembali proyek pembangunan kabel fiber optik bawah laut yang menghubungkan Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat.

Dia menyatakan bakal mendanai proyek yang melibatkan bentang kabel sepanjang 13.000 km tersebut lewat situs file sharing barunya, "Mega". Tambahan dana, lanjutnya lagi, akan diperoleh dengan menuntut Hollywood dan pemerintah Amerika Serikat karena telah menghancurkan bisnisnya lewat "cara yang melanggar hukum".

Dalam sebuah tweet yang ditulis pada Minggu (4/11/2012) lalu, pria kelahiran Jerman yang bermukim di Selandia Baru ini mengajak kedua orang itu berdiskusi soal pembangunan jaringan kabel.

Sebelumnya, Agustus lalu, proyek kabel optik lintas Pasifik tersebut dibatalkan karena gagal mengumpulkan dana 400 juta dollar Selandia Baru yang diperlukan untuk konstruksi.

Proyek ambisius ini pertama kali diperkenalkan pada Maret 2010, dan dikatakan bakal  mampu memfasilitasi transfer data sebesar 12,8 terabit per detik (Tbps) dengan nilai latency 66 milidetik.

cable_1
Kabel data bawah laut Pacific Fibre rencananya akan menghubungkan Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat dengan jaringan kabel sepanjang 13.000 km (Gambar: Pacific Fibre)

Drury merespon dengan mengatakan bahwa dia mengagumi usulan Dotcom, tetapi menambahkan bahwa izin tambahan diperlukan untuk menyambungkan kabel tersebut ke Amerika Serikat.

Sementara, pemerintah Amerika kemungkinan besar bakalan ogah menyambut usulan apapun dari Dotcom selagi dia terlibat dalam perkara pelanggaran hak cipta lewat situs Megaupload.com yang ditutup bulan Januari tahun ini.

Begitu selesai dibangun, Dotcom mengatakan bahwa provider internet Selandia Baru bakalan bisa mengakses jaringan kabel tersebut secara gratis sehingga mengurangi biaya koneksi internet untuk penduduk di Negara itu.

"Karena ISP mengendalikan last mile dan menyediakan perlengkapan seperti router, mereka akan tetap menarik biaya. Tetapi besarannya bisa dikurangi hingga tinggal 15 sampai 20 persen dari biaya saat ini, dengan kecepatan koneksi tiga hingga lima kali lebih cepat dan tanpa batasan transder," ujar Dotcom, seperti dikutip dari ZDNet.

Beberapa hari yang lalu, Dotcom mengumumkan bahwa situs file sharing barunya, "Me.ga", akan diluncurkan pada 19 Januari 2013.

ISP Indonesia Sempat Bikin Layanan Google Terganggu




Beberapa layanan Google, seperti Gmail dan Google+, sempat tak bisa diakses selama lebih kurang 27 menit oleh sebagian pengguna internet di Amerika Serikat dan Hong Kong, pada Selasa (6/11/2012).

Apa pasal? Setelah diselidiki, ternyata penyebab terhentinya layanan Google di sebagian wilayah dunia itu disebabkan oleh sebuah kesalahan yang dilakukan oleh salah satu penyedia jasa internet (ISP, internet service provider) di Indonesia, Moratel.

Hal tersebut diungkapkan oleh Tom Paseka, seorang teknisi jaringan di perusahaan CloudFlare yang menyelidiki masalah itu setelah layanan-layanan Google Apps yang digunakan perusahaannya tiba-tiba offline. Bahkan DNS Public Google (Alamat IP, 8.8.8.8) tak bisa diakses.

Seperti yang ditulisnya dalam sebuah blog CloudFlare, selelah membedah network layer, Paseka menemukan bahwa koneksi antara kantornya dengan Google mentok di alamat gateway Moratel. "Padahal, letak kantor CloudFlare di California berdekatan dengan Data Centre milik Google sehingga permintaan koneksi seharusnya tak perlu dialihkan lebih dahulu ke Indonesia," tulis Paseka.

Salah Alamat

Mengapa request koneksi ke Google dialihkan ke Moratel? Penyebabnya, menurut Paseka, terletak pada "kebocoran jalur" di mana Moratel menyiarkan (advertise) alamat IP yang salah sehingga server Google dianggap berada dalam jaringannya, padahal tidak demikian.

Internet adalah gabungan dari jaringan-jaringgan otonom (Autonomous System atau disingkat AS) di seluruh dunia yang dihubungkan oleh Border Gateway Protocol atau BGP. BGP inilah yang menyiarkan informasi alamat IP milik tiap jaringan dan menyediakan jalur untuk menghubungkan satu AS dengan yang lain.

BGP adalah sistem trust based di mana tiap jaringan saling "mempercayai" informasi alamat IP dan alamat network yang diberitahukan oleh masing-masing jaringan. Saat permintaan koneksi dibuat oleh satu jaringan, ISP akan menghubungi provider backbone atau peer jaringan dan membuka jalur tercepat ke alamat yang dituju.

Ketika informasi network yang disiarkan ternyata salah dan dianggap "benar" oleh provider upstream, terjadilah "salah alamat" yang berujung pada tidak bisa diaksesnya network tujuan, dalam hal ini jaringan Google.

Nomer AS Google adalah 15169, tetapi koneksi CloudFlare ke jaringan raksasa internet tersebut ketika itu malah tertuju ke alamat jaringan Moratel di 23947. Daerah Hong Kong di mana provider backbone yang digunakan sama dengan Moratel (PCCW) pun turut terkena imbas dan tidak bisa mengakses Google.

Pihak Moratel sendiri, sebagaimana dikutip oleh Paseka, menyatakan bahwa kejadian in tak disengaja. Penyebabnya adalah kesalahan hardware yang sedang diselidiki.

Setelah diberitahu soal kesalahannya oleh Paseka, pihak Moratel telah memperbaiki situasi tersebut dengan berhenti menyiarkan alamat jaringan yang salah. Saat ini layanan Google sudah normal kembali dan bisa diakses oleh pengguna yang sebelumnya terkena dampak salah alamat.

Kejadian ini, lanjut Paseka di akhir tulisannya, menunjukkan kerentanan internet sebagai sistem yang dibangun berdasarkan kepercayaan. Ada faktor-faktor eksternal yang tidak bisa dikendalikan, bahkan oleh raksasa internet sebesar Google sekalipun.

"Sebaiknya sebuah situs memiliki tim teknisi jaringan yang senantiasa mengawasi jalur dan mengelola konektivitas sepanjang waktu," tulisnya.

Di Android, WhatsApp Sudah Diunduh 100 Juta Kali

 
WhatsApp telah menjelma menjadi salah satu aplikasi berkirim pesan (chat) yang paling populer. Menurut halaman WhatsApp yang ada di Google Play Store, aplikasi tersebut sudah di-download sebanyak 100 juta kali.

Sayangnya, WhatsApp memang tidak pernah mempublikasikan seberapa banyak pengguna aplikasi mereka. Hingga tidak diketahui jumlah pasti dari pengguna WhatsApp.

Dikutip dari Gigaom, pencapaian 100 juta kali download hanya untuk di perangkat Android saja. Menurut prediksi Gigaom, kemungkinan besar pengguna WhatsApp dari berbagai platform, seperti iOS, BlackBerry, Windows Phone, Symbian, dan Nokia S40, di seluruh dunia mencapai 200 juta orang.

WhatsApp sendiri telah menjadi aplikasi berbayar yang paling banyak diunduh di Apple App Store di 119 negara. Hal tersebut menunjukkan betapa banyaknya pengguna aplikasi chatting ini.

Pada bulan Agustus lalu, pihak pengembang WhatsApp menulis sebuah tweet yang menyatakan, terdapat pengiriman pesan sebanyak 10 miliar kali dalam satu hari. Nilai tersebut meningkat jauh dari 1 miliar kali per hari pada tahun lalu.

Masih menurut Gigaom, operator telekomunikasi merupakan salah satu faktor sukses dari WhatsApp.

Di Indonesia, misalnya, Telkomsel menawarkan paket unlimited data untuk WhatsApp.

Pihak WhatsApp sendiri menolak berkomentar mengenai jumlah pasti pengguna mereka. Namun, mereka membeberkan kalau WhatsApp telah mencapai rekor 100 juta download di Google Play Store pada minggu lalu.